Sunday, December 16, 2012

TelkomCity Butuh Bantuan, Aku Harus Lembur Malam Ini

Pagi itu cerah, matahari bersinar tanpa menutup muka sedikit pun. Jendela kamar yang menghadap ke timur membuat sinar matahari bebas masuk dan membangunkan aku dari tidur lelapku. Mataku masih lengket, kedua kelopak seolah tak kompak, "hei, aku ingin bangun!", ujarku dalam hati. Lalu kelopak mataku pun terbuka lebar.

Namaku Parlan, sebagai cowok paling ganteng nomor dua di TelkomCity aku harus  berpenampilan wangi, bersih, rapi, mengkilat, dan modis. Makanya aku selalu semangat mandi pagi dan berdandan, setelah itu seperti biasanya aku berkeliling kota dengan sepeda trendi. Setiap ada cewek melihatku pasti melirik dan ingin mendekat, apalagi yang namanya Tatik, sungguh sadis tatapannya.


Setiap sekitar jam 12 aku selalu berhenti untuk mengisi perut, maklumlah orang ganteng seperti aku ini gampang lapar. Butuh energi lebih untuk mempertahankan aura kegantengan. Kali ini aku berhenti di warungnya Bu Tutik, ini masih saudaranya Tatik yang tadi aku ceritakan, tapi saudara jauh. Aku pesan nasi dengan lauk ayam goreng dan sambal terasi, minumnya air putih saja, selain sehat air putih juga gratis.

Belum juga habis separuh, aku dikagetkan dengan suara gemuruh seperti ombak di laut. "Ah, tak mungkin air laut sampai sinik!", batinku meraung. Lalu kulihat cahaya biru memancar dari langit sebelah utara, sial, ini pasti ada yang tidak beres! Sebentar, aku habiskan dulu makanku, tak elok rasanya sudah sebesar ini makan tak sampai habis.

Setelah minum, aku beranjak dan mengayuh sepedaku lagi. Bukan rumah tujuanku, tapi ku kayuh sepedaku ke arah cahaya biru tadi. Terlihat benda asing melayang di langit, semakin dekat aku ke arah cahaya itu. Cahaya itu terlihat jelas karena langit mendadak gelap ketika benda asing itu datang.

"Ya ampun!", teriakku seketika setelah aku melihat ada 5 piring terbang melayang-layang di langit kota TelkomCity. Aku sungguh tak habis pikir, kenapa para alien itu datang ke kota ini.

"Mungkin mereka mau belajar kelompok?", tanyaku dalam hati. Ah, tidak mungkin, mana ada orang mau berteman dengan makhluk aneh & unik seperti itu. Ini pasti modus alien untuk mendapatkan sumber daya di kota ini.

Setelah berpikir sepersekian detik aku tersadar bahwa aku ini ganteng, dan aku memutuskan untuk menolong kota ini dari ancaman serangan alien. Ku beri nama saja alien itu Aceng, "lalu namaku siapa?", tanyaku dalam hati lagi. Namaku harus keren, aku ini ganteng, tiba-tiba teringat nama berbau kecepatan. Di rumah kan aku pakai Telkom Speedy, okelah, tambahin super aja deh biar keliahatan seperti super hero. Superhero ini aku beri nama Superspeedy akhirnya, keren sekali bukan?

Hal pertama yang kulakukan bukan langsung menyerang Aceng si alien, tapi aku harus menyusun rencana yang sangat matang agar bisa mengusir para alien aneh itu. Kubalikkan sepedaku dan ku kayuh menuju rumah, di perjalanan aku menelpon ayah ibuku agar tidak khawatir tentang keadaanku, karena sepertinya seluruh kota sudah panik. Telkomsel selalu bisa diandalkan dalam keadaan apapun, mungkin Aceng telah melumpuhkan jaringan komunikasi, tapi Telkomsel tak terpengaruh sama sekali. Tak lupa juga aku menelpon beberapa cewek yang ngefans agar mereka bisa tenang di rumah masing-masing.

Sampai di rumah aku langsung membuka laptop dan mencari informasi tentang Aceng, "Lho, koq yang keluar malah berita bupati Garut?", tanyaku dalam hati. Ah, aku salah memasukkan kata kunci, berselancar dengan Telkom Speedy sungguh terasa cepat. Tak salah aku memberi nama diriku Superspeedy. Oke, dari informasi yang ku dapat alien-alien itu berasal dari planet Gagarin yang jaraknya jutaan kilometer dari bumi.

Aku buka Facebook dan Twitter juga untuk memantau keadaan teman-teman, ternyata mereka panik dan mulai mengungsi. Ku sempatkan menyapa mereka, me-retweet beberapa dan update status Facebook supaya teman-teman tau bahwa ada superhero yang sedang berusaha keras mengusir alien. Untung aku sudah langganan UseeTV, aku bisa memantau perkembangan berita di televisi di mana saja, bahkan saat bersepeda, karena jaringan internet Telkomsel memang keren.

Sialan! Alien itu mulai menghancurkan beberapa rumah! Ini tak boleh dibiarkan! Menurut informasi alien jenis ini pernah menyerang puluhan tahun yang lalu, waktu itu para alien diusir dengan mempersatukan warga kota dan menyerang dengan alat seadanya. Waktu itu teknologi belum secanggih sekarang, "lalu mereka menyerang pakai apa?", tanyaku dalam hati.

Informasi yang aku dapatkan ternyata kurang lengkap, ku buka smartphone dan mencari informasi lagi di internet, sekali lagi Telkomsel sangat membantu. Nah! Akhirnya ketemu, ternyata dahulu warga kota menyerang alien dengan memantulkan cahaya matahari ke arah alien dengan cermin. Ooo, pantas saja waktu alien itu datang langit di sekitar piring terbang menjadi gelap, ternyata mereka tidak suka dengan sinar matahari. Baiklah, akan aku kumpulkan warga sebanyak-banyaknya.

Firasatku seperti ada yang tidak beres di rumahku, aku harus memeriksa keadaan rumah dengan Speedy Monitoring. Ternyata aman, alien belum sampai rumahku, soalnya aku sayang sekali sama keluargaku. Aku harus menghentikannya di sini. Aku panggil semua follower di Twitter dan teman di Facebook untuk membawa cermin ke lokasiku sekarang. Semoga mereka belum pergi, aku kirim juga pesan broadcast di semua aplikasi messenger.

Lalu aku mulai mencari cermin dan mengajak orang-orang di sekitarku untuk tetap tenang dan berani melawan alien itu. Kalau tidak segera diusir, sebentar lagi mereka akan membangun sebuah tambang pengeboran. Aku dapat beberapa orang dan terus bertambah, setengah jam aku berusaha mengumpulkan orang. Terkumpul sekitar 30-an orang, semoga bertambah terus.

Akhirnya kami berpencar untuk mencapatkan posisi strategis, kami harus dapat sinar matahari. Jumlah kami sekarang ada ratusan dan semua membawa cermin. "Kami siap membakar alien!", teriakku dalam hati.

Kami mengusir alien yang sudah turun dari piring terbang, ternyata banyak juga. Kami harus bekerja keras, paling tidak para alien itu sedikit demi sedikit mundur, bahkan ada yang mati. Dengan segala alat yang kami miliki ini sebuah pencapaian yang cukup berhasil, tinggal sedikit lagi. Menjadi superhero ternyata tak semudah di film-film, aku harus memiliki kesabaran dan ketabahan lebih. Waktu kami sangat terbatas, sinar matahari tinggal beberapa jam lagi menghilang. Ah, aku harus membuat senjata yang lebih ampuh.

Aku kumpulkan beberapa orang teman, mereka sudah kelelahan dan keadaan kota sudah kacau.

"Cermin hanya mengusir alien, piring terbang mereka tak akan pergi kalau cuma disoroti sinar seperti itu!", kataku kepada teman-teman.

TelkomCity memang tak punya pasukan militer, karena kami suka perdamaian, setiap masalah dengan sesama manusia selalu kami selesaikan dengan damai. Kali ini Pak Walikota benar-benar dibuat pusing oleh kejadian luar biasa, hampir semua penduduk ikut berperang melawan alien. Tapi rasanya percuma, kami hanya berhasil mengalahkan sedikit, sedangkan di dalam piring terbang itu masih banyak. Beruntung Aceng-aceng itu tak keluar sekaligus.

Sumber daya yang melimpah tak ada artinya lagi, butuh proses yang lama untuk mengubahnya jadi senjata. Aku bingung, aku harus bagaimana? Aku bertanya pada rumput yang bergoyang tapi tak menjawab, aku duduk termenung. Beberapa menit kemudian badanku terasa dingin, ada angin aneh berhembus dari belakang. Ku tengok dan aku kaget setengah telanjang, ternyata malah ada orang menepuk dadi depan.

Berdiri seorang kakek, wajahnya berseri seolah tak ada ketakutan, aku sudah membatin ini pasti bukan orang biasa. Ternyata benar, kakek itu adalah jiwa yang selalu melindungi TelkomCity, kakek itu berniat untuk memberi sesuatu padaku.

"Kenapa?", tanyaku lirih.
"Karena kamu yang membuat warga kota ini menjadi berani anak muda", jawab kakek itu.

Lalu tanpa drama berkepanjangan kakek itu menempelkan ujung telunjuknya ke dadaku, dan buum!! badan ini terasa ringan dengan energi berlebihan! Tubuhnya benar-benar beda dari sebelumnya, aku kebingungan sendiri.

"Selamatkan kota ini anak muda", pesan kakek itu sambil terbang menjauh.

Tanpa pikir panjang aku mencoba terbang, karena dalam pikiranku superhero pasti bisa terbang. Dan benar saja, aku melesat ke langit. Tapi apa kekuatanku lainnya? Astaga, aku lupa tanya sama kakek tadi, ah persetan, akhirnya aku coba berbagai gaya untuk mengeluarkan jurus. Berhasil kutemukan 5 jurus, dan aku rasa cukup untuk menghancurkan alien  brengsek itu.

Aku mulai menghabisi alien-alien yang sudah menyerang ke kota. Ah, kalo cuma itu aku tak perlu mengeluarkan jurus, ku pukuli saja aliennya. Waktu semakin sore, matahari pun terbenam. Piring-piring terbang itu harus segera aku hancurkan, aku terbang melesat tanpa pikir panjang. Perlahan tapi pasti, satu per satu piring terbang itu hancur, karena aku menghadapinya sendirian maka butuh waktu lama.

Akhirnya malam pun tiba, masih ada dua piring terbang melayang-layang di atas TelkomCity, aku harus lembur malam ini. Hebat, tubuhku sama sekali tidak merasakan lelah, badanku masih ringan terbang ke sana ke mari. Tinggal satu piring terbang yang harus aku jatuhkan, rasanya sebentar lagi tugasku akan selesai. Aku semakin cepat bergerak, ku datangi piring terbang terakhir dan perlahan ku preteli ornderdilnya. Piring terbang mulai tak stabil dan akhirnya jatuh, ku buang jauh-jauh bangkainya. Ku lemparkan ke angkasa, enak saja datang cuma mau mengotori TelkomCity dengan 5 bangkai piring terbang aneh.

Sebagai superhero baru aku mungkin terlalu semangat, aku begitu senang melihat semua warga kota bersorak ketika aku melempar bangkai piring terbang itu. Tak sampai di situ, aku ikut kerja bakti membersihkan kota dengan sigap. Ku lihat Tatik sedang memandangiku, mataku sekarang setajam elang dan pendengaranku juga sungguh super. Ku lihat Tatik menggigit bibirnya sendiri dan terdengar bisikannya "wow, hmmm".